Senin, 21 Maret 2011

ISTIMEWANYA WANITA

Banyak wanita yang bilang bahwa susah menjadi wanita, lihat saja aturan-aturan dibawah ini :

1. Wanita auratnya lebih susah dijaga dibanding lelaki.
2. Wanita perlu minta ijin dari suami apabila mau keluar rumah tetapi tidak sebaliknya.
3. Wanita saksinya (apabila menjadi saksi) kurang berbanding lelaki.
4. Wanita menerima warisan lebih sedikit dari pada lelaki.
5. Wanita perlu menghadapi kesusahan mengandung dan melahirkan anak
6. Wanita wajib taat kepada suaminya, sementara suami tak perlu taat pada istrinya.
7. Talak terletak di tangan suami dan bukan istri.
8. Wanita kurang nyaman dalam beribadat karena adanya masalah haid dan nifas.
9. dan lain-lain.

Tetapi… PERNAHKAH KITA LIHAT KENYATAANNYA ?

1. Benda yang mahal harganya akan dijaga dan dibelai serta disimpan ditempat yang teraman dan terbaik. Sudah pasti itulah intan permata bandingannya dengan seorang wanita.

2. Wanita perlu taat kepada suami, tetapi tahukah lelaki wajib taat kepada Ibunya 3 kali lebih utama daripada kepada Bapaknya ?

3. Wanita menerima warisan lebih sedikit daripada lelaki, tetapi tahukah bahwa harta itu akan menjadi miliknya dan tidak perlu diserahkan kepada suami? Sementara suami apabila menerima warisan ia wajib juga menggunakan hartanya untuk istri dan anak-anaknya ?

4. Wanita perlu bersusah payah mengandung dan melahirkan anak, tetapi tahukah bahwa setiap saat dia didoakan oleh segala mahluk, malaikat dan seluruh mahluk Allah dimuka bumi ini, dan tahukah jika ia meninggal karena melahirkan adalah syahid dan surga menantinya.
Diakherat kelak, seorang lelaki akan dipertanggungjawabkan terhadap 4 wanita, yaitu : Istrinya, Ibunya, Anak Perempuannya dan Saudara Perempuannya. Artinya , bagi seorang wanita tanggung jawab terhadapnya ditanggung oleh 4 orang lelaki, yaitu : suaminya, ayahnya, anak lelakinya dan saudara lelakinya.

5. Seorang Wanita boleh memasuki pintu Syurga melalui pintu mana saja yang disukainya cukup dengan 4 Syarat saja, yaitu : Sholat 5 waktu, Puasa di bulan Ramadhan, taat kepada Suaminya dan menjaga Kehormatannya.

6. Seorang lelaki wajib berjihad di jalan Allah, sementara bagi wanita jika taat kepada suami serta menunaikan tanggung jawabnya kepada ALLAH SWT, maka ia akan turut menerima pahala setara seperti pahala orang pergi berjihad di jalan Allah tanpa perlu mengangkat senjata.

Masya ALLAH… ! demikian sayangnya ALLAH SWT kepada wanita…..

Yakinlah bahwa sebagai Zat yang Maha Pencipta sudah pasti ALLAH Maha Tahu akan segala yang diciptakan-Nya sehingga peraturan-Nya adalah yang terbaik bagi manusia.
Read More/Selengkapnya...

Minggu, 20 Maret 2011

ZUHUD

Definisi Zuhud

Banyak sekali penjelasan ulama tentang makna zuhud. Umumnya mengarah kepada makna yang hampir sama. Di sini akan disampaikan sebagian dari pendapat tersebut.

Makna secara bahasa:

Zuhud menurut bahasa berarti berpaling dari sesuatu karena hinanya sesuatu tersebut dan karena (seseorang) tidak memerlukannya. Dalam bahasa Arab terdapat ungkapan “syaiun zahidun” yang berarti “sesuatu yang rendah dan hina”.

Makna secara istilah:

Ibnu Taimiyah mengatakan – sebagaimana dinukil oleh muridnya, Ibnu al-Qayyim – bahwa zuhud adalah meninggalkan apa yang tidak bermanfaat demi kehidupan akhirat.

Al-Hasan Al-Bashri menyatakan bahwa zuhud itu bukanlah mengharamkan yang halal atau menyia-nyiakan harta, akan tetapi zuhud di dunia adalah engkau lebih mempercayai apa yang ada di tangan Allah daripada apa yang ada di tanganmu. Keadaanmu antara ketika tertimpa musibah dan tidak adalah sama saja, sebagaimana sama saja di matamu antara orang yang memujimu dengan yang mencelamu dalam kebenaran.

Di sini zuhud ditafsirkan dengan tiga perkara yang semuanya berkaitan dengan perbuatan hati:

1. Bagi seorang hamba yang zuhud, apa yang ada di sisi Allah lebih dia percayai daripada apa yang ada di tangannya sendiri. Hal ini timbul dari keyakinannya yang kuat dan lurus terhadap kekuasaan Allah. Abu Hazim az-Zahid pernah ditanya, “Berupa apakah hartamu?” Beliau menjawab, “Dua macam. Aku tidak pernah takut miskin karena percaya kepada Allah, dan tidak pernah mengharapkan apa yang ada di tangan manusia.” Kemudian beliau ditanya lagi, “Engkau tidak takut miskin?” Beliau menjawab, “(Mengapa) aku harus takut miskin, sedangkan Rabb-ku adalah pemilik langit, bumi serta apa yang berada di antara keduanya.”
2. Apabila terkena musibah, baik itu kehilangan harta, kematian anak atau yang lainnya, dia lebih mengharapkan pahala karenanya daripada mengharapkan kembalinya harta atau anaknya tersebut. Hal ini juga timbul karena keyakinannya yang sempurna kepada Allah.
3. Baginya orang yang memuji atau yang mencelanya ketika ia berada di atas kebenaran adalah sama saja. Karena kalau seseorang menganggap dunia itu besar, maka dia akan lebih memilih pujian daripada celaan. Hal itu akan mendorongnya untuk meninggalkan kebenaran karena khawatir dicela atau dijauhi (oleh manusia), atau bisa jadi dia melakukan kebatilan karena mengharapkan pujian. Jadi, apabila seorang hamba telah menganggap sama kedudukan antara orang yang memuji atau yang mencelanya, berarti menunjukkan bahwa kedudukan makhluk di hatinya adalah rendah, dan hatinya dipenuhi dengan rasa cinta kepada kebenaran.

Hakekat zuhud itu berada di dalam hati, yaitu dengan keluarnya rasa cinta dan ketamakan terhadap dunia dari hati seorang hamba. Ia jadikan dunia (hanya) di tangannya, sementara hatinya dipenuhi rasa cinta kepada Allah dan akhirat.

Zuhud bukan berarti meninggalkan dunia secara total dan menjauhinya. Lihatlah Nabi, teladan bagi orang-orang yang zuhud, beliau mempunyai sembilan istri. Demikian juga Nabi Dawud dan Nabi Sulaiman, sebagai seorang penguasa mempunyai kekuasaan yang luas sebagaimana yang disebutkan oleh Allah dalam Al-Qur’an. Para Shahabat, juga mempunyai istri-istri dan harta kekayaan, yang di antara mereka ada yang kaya raya. Semuanya ini tidaklah mengeluarkan mereka dari hakekat zuhud yang sebenarnya.

Tingkatan zuhud
Ada beberapa tingkatan zuhud sesuai dengan keadaan setiap orang yang melakukannya, yaitu:

1. Berusaha untuk hidup zuhud di dunia; sementara ia menghendaki (dunia tersebut), hati condong kepadanya dan selalu menoleh ke arahnya, akan tetapi ia berusaha melawan dan mencegahnya.
2. Orang yang meninggalkan dunia dengan suka rela, karena di matanya dunia itu rendah dan hina, meskipun ada kecenderungan kepadanya. Dan ia meninggalkan dunia tersebut (untuk akhirat), bagaikan orang yang meninggalkan uang satu dirham untuk mendapatkan uang dua dirham (maksudnya balasan akhirat itu lebih besar daripada balasan dunia).
3. Orang yang zuhud dan meninggalkan dunia dengan hati yang lapang. Ia tidak melihat bahwa dirinya meninggalkan sesuatu apapun. Orang seperti ini bagaikan seseorang yang hendak masuk ke istana raja, terhalangi oleh anjing yang menjaga pintu, lalu ia melemparkan sepotong roti ke arah anjing tersebut sehingga membuat anjing tersebut sibuk (dengan roti tadi), dan ia pun dapat masuk (ke istana) untuk menemui sang Raja dan mendapatkan kedekatan darinya. Anjing di sini diumpamakan sebagai syaitan yang berdiri di depan pintu (kerajaan/surga) Allah, yang menghalangi manusia untuk masuk ke dalamnya, sementara pintu tersebut dalam keadaan terbuka. Adapun roti diumpamakan sebagai dunia, maka barangsiapa meninggalkannya niscaya akan memperoleh kedekatan dari Allah.

Zuhud yang Bermanfaat dan Sesuai Dengan Syariat

Zuhud yang disyariatkan dan bermanfaat bagi orang yang menjalaninya adalah zuhud yang dicintai oleh Allah dan rasul-Nya, yaitu meninggalkan segala sesuatu yang tidak bermanfaat demi menggapai kehidupan akhirat. Adapun sesuatu yang memberi manfaat bagi kehidupan akhirat dan membantu untuk menggapainya, maka termasuk salah satu jenis ibadah dan ketaatan. Sehingga berpaling dari sesuatu yang bermanfaat merupakan kejahilan dan kesesatan sebagaimana sabda Nabi,

“Carilah apa yang bermanfaat bagi dirimu dan mintalah pertolongan kepada Allah dan jangan lemah.” (HR. Muslim hadits no. 4816)

Yang bermanfaat bagi seorang hamba adalah beribadah kepada Allah, menjalankan ketaatan kepada-Nya dan kepada rasul-Nya. Dan semua yang menghalangi hal ini adalah perkara yang mendatangkan kemudharatan dan tidak bermanfaat. Yang paling berguna bagi seorang hamba adalah mengikhlaskan seluruh amalnya karena Allah. Orang yang tidak memperhatikan segala yang dicintai dan dibenci oleh Allah dan rasul-Nya akan banyak menyia-nyiakan kewajiban dan jatuh ke dalam perkara yang diharamkan; meninggalkan sesuatu yang merupakan kebutuhannya seperti makan dan minum; memakan sesuatu yang dapat merusak akalnya sehingga tidak mampu menjalankan kewajiban; meninggalkan amar ma’ruf nahi munkar; meningalkan jihad di jalan Allah karena dianggap mengganggu dan merugikan orang lain. Pada akhirnya, orang-orang kafir dan orang-orang jahat mampu menguasai negeri mereka dikarenakan meninggalkan jihad dan amar ma’ruf -tanpa ada maslahat yang nyata-.

Allah berfirman,
“Mereka bertanya kepadamu tentang berperang pada bulan Haram. Katakanlah, ‘Berperang dalam bulan itu adalah dosa besar; tetapi menghalangi (manusia) dari jalan Allah, kafir kepada Allah, (menghalangi masuk) Masjidilharam dan mengusir penduduknya dari sekitarnya, lebih besar (dosanya) di sisi Allah. Dan berbuat fitnah lebih besar (dosanya) daripada membunuh.’” (QS. Al-Baqarah: 217)

Allah menjelaskan dalam ayat ini, walaupun membunuh jiwa itu merupakan keburukan, akan tetapi fitnah yang ditimbulkan oleh kekufuran, kezaliman dan berkuasanya mereka (orang-orang kafir) lebih berbahaya dari membunuh jiwa. Sehingga menghindari keburukan yang lebih besar dengan melakukan keburukan yang lebih ringan adalah lebih diutamakan. Seumpama orang yang tidak mau menyembelih hewan dengan dalih bahwa perbuatan tersebut termasuk aniaya terhadap hewan. Orang seperti ini adalah jahil, karena hewan tersebut pasti akan mati. Disembelihnya hewan tersebut untuk kepentingan manusia adalah lebih baik daripada mati tanpa mendatangkan manfaat bagi seorang pun. Manusia lebih sempurna dari hewan, dan suatu kebaikan tidak mungkin bisa sempurna untuk manusia kecuali dengan memanfaatkannya, baik untuk dimakan, dijadikan sebagai kendaraan atau yang lainya. Yang dilarang oleh Nabi adalah menyiksanya dan tidak menunaikan hak-haknya yang telah tetapkan oleh Allah.

Nabi bersabda,
“Sesungguhnya Allah telah mewajibkan berbuat baik atas segala sesuatu, maka jikalau kalian membunuh, bunuhlah dengan baik, dan jika kalian menyembelih maka sembelihlah dengan baik, hendaklah salah seorang diantara kalian menajamkan pisaunya dan menyenangkan sembelihannya.” (HR. Muslim hadits no. 3615)

Zuhud yang Bid’ah dan Menyelisihi Syari’at

Zuhud yang menyelisihi Sunnah tidak ada kebaikan sama sekali di dalamnya. Karena ia menganiaya hati dan membutakannya, membuat agama menjadi buruk dan hilang nilai-nilai kebaikannya yang diridhai oleh Allah bagi hamba-hamba-Nya, menjauhkan manusia dari agama Allah, menghancurkan peradaban, dan memberi kesempatan bagi musuh-musuh Islam untuk menguasai mereka; merendahkan kemuliaan seseorang serta menjadikan seorang hamba menyembah kepada selain Allah. Berikut ini beberapa perkataan para penyeru zuhud yang menyelisihi petunjuk Nabi.

Perkataan Junaid, salah seorang penyeru zuhud yang menyelisihi syariat, “Saya senang kalau seorang pemula dalam kezuhudan tidak menyibukkan diri dengan tiga perkara agar tidak berubah keadaannya, yaitu bekerja untuk mendapatkan rezeki, menuntut ilmu hadist, dan menikah. Dan lebih aku senangi jika seorang sufi tidak membaca dan menulis agar niatnya lebih terarah.” (Kitab Quatul-Qulub 3/135, kitab karya Junaid).

Perkataan Abu Sulaiman ad-Darani, “Jika seseorang telah menuntut ilmu, pergi mencari rezeki atau menikah, maka dia telah bersandar kepada dunia.” (Kitab Al-Futuhat Al-Makiyah, 1/37).

Padahal telah dimaklumi bahwa semua peradaban di dunia ini tidak mungkin tegak dan berkembang kecuali dengan tiga perkara, yaitu dengan bekerja, mencari ilmu, dan menikah demi meneruskan keturunan manusia. Rasulullah sendiri telah memerintahkan kita bekerja mencari rezeki sebagaimana dalam sabda beliau,

“Tidaklah seseorang memakan makanan yang lebih baik daripada hasil kerja tangannya sendiri. Sesungguhnya nabi Allah, Dawud, makan dari hasil kerja tangannya.” (HR. Bukhari, III/8 hadits no. 1930)

Dan Rasulullah telah memerintahkan umatnya untuk menikah. Beliau bersabda,

“Wahai para pemuda, barangsiapa di antara kalian yang telah mempunyai kemampuan (lahir dan batin) untuk menikah, maka hendaklah dia menikah. Sesungguhnya pernikahan itu dapat menjaga pandangan mata dan menjaga kehormatan. Sedangkan untuk yang tidak mampu, hendaklah berpuasa karena puasa itu dapat menjaganya (yaitu benteng nafsu).” (HR. Bukhari, VI/117).

Beliau juga memerintahkan kaum muslimin menuntut ilmu, baik ilmu agama maupun dunia, sebagaimana sabdanya,

“Menuntut ilmu adalah kewajiban setiap muslim.” (Ibnu Majah hadits no. 220. Hadist Sahih, lihat Kitab Al-Jami’ As-Shahih no. 3808 karya Al-Bani)

Wajib di sini adalah dalam menuntut ilmu agama. Adapun ilmu duniawi, tidak ada seorang pun yang berselisih tentang pentingnya ilmu tersebut, baik berupa ilmu kesehatan, ilmu perencanaan maupun ilmu lainnya yang manusia tidak mungkin terlepas darinya. Terpuruknya kaum muslimin ke dalam jurang kehinaan dan kemunduran pada masa sekarang ini tidak lain akibat kelalaian mereka dalam menuntut ilmu agama yang benar, merasa cukup dengan ilmu duniawi yang mereka ambil dari musuh-musuh mereka dalam berbagai macam aspek kehidupan, baik yang besar maupun yang kecil, banyak maupun sedikit, yang semuanya berujung kepada kebinasaan, hilangnya agama, akhlak, dan hal-hal utama lainnya.

Referensi:

1. Qawaid wa Fawaid min Al-Arbaina An-Nawawiyah, karya Nazim Mohammad Sulthan ; cet. Ke-2. 1410; Dar-Alhijrah, Riyadh, KSA.
2. Makarimul-Akhlaq, karya Syakhul-Islam Ibn Taimiyah ; cet. Ke-1. 1313 ; Dar- alkhair, Bairut, Libanon.
3. Tazkiyatun-Nufus, karya Doktor Ahmad Farid ; Dar- Alqalam, Bairut, Libanon.
4. Mukhtashar Minhajul-Qashidin, karya Imam Ibnu Qudamah Al-Maqdisy, Maktabah Dar Al-Bayan, Damsiq, Suria.

(Diambil dari majalah Fatawa)
Read More/Selengkapnya...

QONAAH

Nabi bersabda : Bukanlah orang yang kaya itu adalah orang banyak hartanya, akan tetapi yang disebut orang kaya adalah orang yang kaya hati HR. Bukhori.

Ungkapan Nabi di atas merupakan landasan dari sifat Qonaah. Qanaah merupakan satu dari sifat-sifat terpuji yang harus dimilki oleh setiap Muslim. Lalu apa dan bagaimana Qanaah itu..?

As Syaikh Ahmad Ar Rifa’i dalam kitabnya yang berjudul Riayatal Himmah Juz akhir berkata, qonaah menurut bahasa artinya tenang, sedangkan makna terminologi syar’i yaitu tenang hatinya mengharap ridho Allah semata serta mengambil dunia seperlunya sesuai dengan kebutuhan, sekira dapat digunakan untuk melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangannya. Lebih lanjut As Syaikh menegaskan, Al Qoni’u Ghoniyyun walau kana juu’a ( Orang yang qonaah itu kaya walaupun ia kelaparan ). Orang yang memiliki jiwa qonaah akan selalu menampakkan rasa syukur atas anugerah yang diberikan Allah kepadanya tanpa sedikitpun mengharap apa yang bukan menjadi bagiannya. Sehingga rasa bahagia akan menyelinap kedalam hatinya dan terpancar dari mukanya yang penuh kegembiraan.

Dia tidak akan pernah mengeluh apalagi memprotes kebijakan Allah Swt atas dirinya, sebab ia merasa bahwa anugerah Iman, Islam dan Ibadah yang diberikan kepadanya sudah lebih dari cukup untuk membuatnya tetap tersenyum di dunia dan akherat kelak.

Pandangan hatinya selalu tertuju pada bagaimana ia dapat menjalankan perintah Allah secara totalitas sebagaimana yang di ajarkan oleh Rasulullah sembari hatinya senantiasa bergantung pada Fadhol dari Alloh Swt. Menurutnya harta berupa ilmu dan ibadah lebih berarti dibanding harta yang bersifat kebendaan. Sebab adakalanya harta yang bersifat kebendaan justru akan menyeret sang empunya terjerembab dalam lubang kehinaan yang abadi yaitu neraka.

Intinya, qonaah adalah merasa tenang dan terima terhadap apa yang diberikan oleh Alloh kepadanya, tidak loba dunia, tamak, rakus ataupun menjadikan dunia sebagai tujuan hidupnya semata. Islam tidak melarang umatnya mencari kehidupan dunia, akan tetapi dunia haruslah dijadikan sebagai sarana dalam menggapai kebahagiaan Akherat, itu yang di kemukakan oleh Allah dalam firmannya, Dan Raihlah olehmu apa yang telah disediakan oleh Allah yaitu negara Akherat dan janganlah kamu lupakan bagianmu dari kehidupan dunia.” QS Al Qoshshosh ayat 77. Bukan malah menjadikan akherat sebagai kendaraan untuk mencari dunia. Carilah dunia, tapi gunakanlah dunia itu untuk berbakti kepada Alloh Swt.

Terakhir ada perkataan Imam Ghozali yang sangat terkenal;” Ad Dunya Dzillun Zail.” ( Dunia adalah bayang-bayang yang akan menghilang ) untuk apa mengejar bayangan kalau kebahagiaan yang hakiki ada didepan mata. Selalu hidup qonaah maka kebahagiaan akan menyambangi setiap detik dalam kehidupan kita.

Wallahu A’lam
Read More/Selengkapnya...

Kamis, 17 Maret 2011

DOA MERAIH KESESLAMATAN DAN MENANGKAL BENCANA


Ya Allah, aku memohon kepada-Mu ‘afiat di dunia dan akhirat. Ya Allah, aku memohon ampunan dan ‘afiat dalam agamaku, duniaku, keluargaku dan hartaku. Ya Allah, tutupilah auratku dan berilah keamanan dari rasa takutku. Ya Allah, jagalah aku dari depanku, belakangku, kananku, kiriku, atasku, dan aku berlindung dengan kebesaran-Mu dari terbenamnya aku dari arah bawahku.

Dikeluarkan oleh Abu Dawud: 5074, Ibnu Majah: 3871, dan dishohihkan oleh al-Albani dalam Shohih ibnu Majah:3121)

‘Afiat adalah keamanan yang diberikan Allah bagi hamba-Nya dari segala adzab dan bencana dengan menghindarkannya dan menjaganya dari semua jenis musibah, penyakit, kejelekan, dan perbuatan dosa (lihat Fiqhul Ad’iyyah wal Adzkar oleh Syaikh Abdurrozzaq al al-Badr, hlm. 28 )

FAEDAH :

1. Ibnu Umar radiyallaahu ‘anhu, tatkala menghadirkan hadits ini berkata : “Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam tidak pernah meninggalkan doa ini ketika pagi dan sore hari. ”

2. Urgensi dan keutamaan do’a ini ditandai tatkala Abbas radiyallaahu ‘anhu, paman Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam, pernah meminta kepada beliau do’a yang dengannya ia memohon kepada Allah maka Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda (artinya) :

“Wahai Abbas paman Rasulullah, mintalah afiat di dunia dan akhirat”

(HR. Tirmidzi : 3514, lihat Shohih Tirmidzi : 2790).

Berkata al-Mubarokfuri rahimahullah: ” Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam menempatkan pamannya pada posisi bapaknya dan beliau melihat hak pamannya sebagaimana hak seorang anak kepada orang tuanya. Dalam pengkhususan beliau dengan sekedar menyuruh pamannya memohon afiat memberikan lecutan motivasi untuk senantiasa membaca doa yang agung ini untuk bertawassul kepada Alloh dengannya dan meminta perlindungan dalam semua urusan.” (Tuhfatul Ahwadzi : 9/348)

Nabi pernah berdiri di atas mimbar pada tahun pertama hijrah lalu beliau menangis kemudian berkata :

“ Mintalah kepada Allah ampunan dan afiat, sesungguhnya seseorang tidaklah dianugerahi setelah keyakinan yang lebih baik dari ‘afiat.”

(HR. Tirmidzi :358, Shohih al-Jami’ : 3632).

Dijelaskan oleh al-Mubarokfuri rahimahullah mengapa beliau shallallaahu ‘alaihi wasallam menangis : Ada yang mengatakan bahwa beliau menangis karena ia mengetahui peristiwa yang akan menimpa ummatnya berupa fitnah dan mendominasinya ambisi akan harta dan kedudukan maka beliau menyuruh mereka untuk meminta ampunan dan ‘afiat agar mereka terhindar dari segala macam fitnah.” (Tuhfatul Ahwadzi : 10/3)

3. Sebuah peringatan bagi ummat ini..

Diriwayatkan dari Aisyah rhadiyallaahu ‘anha bahwa Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda :

“Akan menimpa akhir umat ini pembenaman ke bumi, pengubahan bentuk ke bentuk yang lebih jelek dan pelemparan.” Aku (Aisyah) berkata: “Apakah kita dibinaskan sekalipun masih ada orang sholih di antara kami? “ Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam menjawab: “Ya, jika telah merebak kemaksiatan.”

(Dikeluarkan oleh Tirmidzi: 2185, Ibnu Majah:4062, liat Shohih Tirmidzi: 2185).

Dari Shofiyyah rhadiyallaahu ‘anha bahwa Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda :

“Tidak henti-hentinya manusia memerangi kabah ini sampai ada suatu pasukan besar menyerangnya. Tatkala mereka sampai di Baida’ (sebuah tempat yang rata) mereka dibenamkan awal dan akhirnya dan tidak selamat pula di tengah-tengahnya.

(Dikeluarkan oleh Bukhori dalam Kitabul Hajji: 49, lihat Shohih Tirmidzi : 2184 )”

Telah lewat pula pelajaran bagi kita apa yang menimpa Qarun dan pengikutnya, dan seorang Bani Israil yang berjalan dengan ujub ( sombong ) dan memanjangkan pakaian bawahnya hingga ia ditenggelamkan ke dalam bumi sampai hari kiamat ([bisa dilihat dalam - red] HR. Bukhari : 5790)

Wallaahul Musta’an.

~~~Diambil dari Majalah al-Mawaddah edisi ke–8 tahun ke-1, hal 20 dalam bab “Benteng Diri Muslim” dengan sedikit perubahan yang tidak menghilangkan maknanya~~~.
Read More/Selengkapnya...

Selasa, 15 Maret 2011

KEKUATAN CINTA SANG PUJANGGA

KEHADIRAN
Kehadiran orang yang dikasihi rasanya adalah kado yang tak
ternilai harganya. Memang kita bisa juga hadir dihadapannya
lewat surat, telepon, foto atau faks. Namun dengan berada
di sampingnya, Anda dan dia dapat berbagi perasaan,
perhatian dan kasih sayang secara lebih utuh dan intensif.
Jadikan kehadiran Anda sebagai pembawa kebahagiaan.


MENDENGAR
Sedikit orang yang mampu memberikan kado ini. Sebab,
kebanyakan orang lebih suka didengarkan, ketimbang
mendengarkan. Dengan mencurahkan perhatian pada segala
ucapannya, secara tak langsung kita juga telah menumbuhkan
kesabaran dan kerendahan hati. Untuk bisa mendengar dengan
baik, pastikan Anda dalam keadaan betul-betul relaks dan
bisa menangkap utuh apa yang disampaikan. Tatap wajahnya.
Tidak perlu menyela, mengkritik, apalagi menghakimi. Biarkan
ia menuntaskannya, ini memudahkan Anda memberikan tanggapan
yang tepat setelah itu. Tidak harus berupa diskusi atau
penilaian. Sekedar ucapan terima kasihpun akan terdengar
manis baginya.

DIAM
Seperti kata-kata, di dalam diam juga ada kekuatan. Diam
bisa dipakai untuk menghukum, mengusir, atau membingungkan
orang. Tapi lebih dari segalanya, Diam juga bisa menunjukkan
kecintaan kita pada seseorang karena memberinya “ruang”.
Terlebih jika sehari-hari kita sudah terbiasa gemar
menasihati, mengatur, mengkritik bahkan mengomel.


KEBEBASAN
Mencintai seseorang bukan berarti memberi kita hak penuh
untuk memiliki atau mengatur kehidupan orang bersangkutan.
Bisakah kita mengaku mencintai seseorang jika kita selalu
mengekangnya? Memberi kebebasan adalah salah satu perwujudan
cinta. Makna kebebasan bukanlah “Kau bebas berbuat semaumu”.
Lebih dalam dari itu, memberi kebebasan adalah memberinya
kepercayaan penuh untuk bertanggung jawab atas segala hal
yang ia putuskan atau lakukan.

KEINDAHAN
Siapa yang tak bahagia, jika orang yang disayangi tiba-tiba
tampil lebih ganteng atau cantik? Tampil indah dan rupawan
juga merupakan sebuah kado yang indah. Selain keindahan
penampilan pribadi, Anda pun bisa menghadiahkan keindahan
suasana di rumah. Vas dan bunga segar cantik di ruang
keluarga atau meja makan yang tertata indah, misalnya.


TANGGAPAN POSITIF
Tanpa sadar, sering kita memberikan penilaian negatif
terhadap pikiran, sikap atau tindakan orang yang kita
sayangi. Seolah-olah tidak ada yang benar dari dirinya dan
kebenaran mutlak hanya pada kita. Kali ini, coba hadiahkan
tanggapan positif. Nyatakan dengan jelas dan tulus. Cobalah
ingat, berapa kali dalam seminggu terakhir anda mengucapkan
terima kasih atas segala hal yang dilakukannya demi Anda.
Ingat-ingat pula, pernahkah Anda memujinya. Kedua hal itu,
ucapan terima kasih dan pujian (dan juga permintaan maaf)
adalah kado indah yang sering terlupakan.

KESEDIAAN MENGALAH
Tidak semua masalah layak menjadi bahan pertengkaran.
Apalagi sampai menjadi pertengkaran yang hebat. Bila Anda
memikirkan hal ini, berarti Anda siap memberikan kado
“kesediaan mengalah”. Kesediaan untuk mengalah juga dapat
melunturkan sakit hati dan mengajak kita menyadari bahwa
tidak ada manusia yang sempurna di dunia ini.


SENYUMAN
Percaya atau tidak, kekuatan senyuman amat luar biasa.
Senyuman, terlebih yang diberikan dengan tulus, bisa
menjadi pencair hubungan yang beku, pemberi semangat dalam
keputusasaan, pencerah suasana muram, bahkan obat penenang
jiwa yang resah. Senyuman juga merupakan isyarat untuk
membuka diri dengan dunia sekeliiling kita. Kapan terakhir
kali anda menghadiahkan senyuman manis pada orang yang
dikasihi?
Read More/Selengkapnya...

Rabu, 09 Maret 2011

KEHEBATAN TAWAKAL KEPADA ALLAH

Tawakkal adalah kesungguhan hati dalam bersandar kepada Allah subhanahu wata’ala, untuk mendapatkan kemaslahatan serta mencegah kemudharatan, baik menyangkut urusan dunia maupun urusan akhirat.

Allah subhanahu wata’ala, berfirman, yang artinya,
“Barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan ke luar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkannya (mencukupkan
keperluannya)." (QS. Ath-Tholaq: 2-3)

Barangsiapa yang mewujudkan ketaqwaan dan tawakkal kepada Dzat yang telah menciptakannya, maka dia akan bisa menggapai seluruh kebaikan yang ada dalam dinul Islam dan juga kebaikan di dunia ini.

Dari Umar Bin Khattab radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata, “Saya mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata, “Jikalau kalian bertawakal kepada Allah dengan sebenar-benarnya, niscaya Allah akan memberikan rezki kepada kalian seperti seekor burung,
pagi-pagi ia keluar dari (sarangnya) dalam keadaan lapar dan pulang di sore hari dalam keadaan kenyang.” (HR. Imam Ahmad & At-Tirmidzi, dan teks hadits ini dari beliau, Abu ‘Isa berkata hadits ini hasan shaheh)

Abu Hatim Ar-Raziy rahimahullah berkata,
“Hadits ini merupakan tonggaknya tawakal, sedangkan tawakal merupakan faktor terbesar dalam mencari rezki.”
Sa'id Bin Jubeir radhiyallahu ‘anhu berkata,
“Tawakal itu keseluruhannya adalah iman.”

Mewujudkan tawakal bukan berarti meniadakan ikhtiar atau mengesampingkan usaha. Takdir Allah subhanahu wata’ala dan sunnatullah terhadap makhluk-Nya terkait erat dengan ikhtiar makhluk itu sendiri, sebab Allah subhanahu wata’ala yang telah memerintakan hamba-Nya untuk berikhtiar dan di saat yang sama Dia juga memerintahkan hamba-Nya untuk bertawakal.

Ikhtiar itu adalah perintah-Nya terhadap jasad lahiriyah kita, sedangkan tawakal adalah perintah-Nya terhadap hati kita sebagai manifestasi
dari keimanan kita kepada Allah subhanahu wata’ala.

Firman Allah subhanahu wata’ala, yang artinya,
“Dan katakanlah, “Bekerjalah kamu sekalian, maka Allah dan Rasul-Nya
serta orang-orang mu'min akan melihat perkerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberikan-Nya kepada kamu apa yang kamu kerjakan.”(QS. At-Taubah:105)

Firman Allah subhanahu wata’ala, yang artinya,
“Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.” (QS. Al-Imran: 159)

Sahl rahimahullah menuturkan,
“Barang siapa yang cacat dalam masalah ikhtiar berarti dia mengalami cacat dalam masalah As-Sunnah, dan barangsiapa yang cacat dalam masalah tawakal berarti dia mengalami cacat dalam masalah keimanan. Tawakal adalah prinsip hidup Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan ikhtiar adalah sunnah beliau. Barangsiapa yang memiliki
prinsip hidup Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam maka janganlah dia meninggalkan sunnahnya.”

Ada lagi yang menuturkan, “Tidak melakukan ikhtiar berarti dianggap
cacat dalam hukum. Sedangkan mengandalkan ikhtiar dan usaha semata berarti cacat dalam tauhid.”

Amalan yang dilakukan oleh seorang hamba Allah subhanahu wata’ala dapat diklasifikasikan menjadi tiga macam, yaitu:

1. Amalan dalam bentuk ketaatan yang diperintah Allah subhanahu wata’ala kepada hamba-hamba-Nya, dan Allah subhanahu wata’ala menjadikannya sebagai sebab keselamatan seorang hamba dari neraka dan masuk ke surga. Hal ini harus dia kerjakan berbarengan dengan sikap tawakalnya kepada Allah subhanahu wata’ala dan memohon pertolongan kepada-Nya. Sesungguhnya seorang hamba itu tidak memiliki daya dan kekuatan apa pun tanpa dari-Nya.

Apa yang Allah subhanahu wata’ala kehendaki untuk terjadi, maka pasti
akan terjadi. Dan apa yang Allah subhanahu wata’ala kehendaki untuk
tidak terjadi, maka pasti tidak akan terjadi. Barangsiapa lalai dan teledor terhadap salah satu kewajibannya, maka dia pantas mendapatkan hukuman di dunia dan di akhirat. Hal seperti itu baik ditinjau dari sisi syari'at Islam maupun secara hukum alam.

Yusuf Bin Absath rahimahullah berkata,
“Seseorang menuturkan, “Berbuatlah seperti amalan yang dilakukan oleh seseorang, yang mana dia tidak akan selamat tanpanya. Dan tawakallah seperti seseorang yang tidak ditimpa sesuatu, kecuali yang
sudah dituliskan baginya.”

2. Amal perbuatan yang Allah subhanahu wata’ala jadikan terjadinya hukum sebab akibat. Allah subhanahu wata’ala perintahkan hamba-hamba-Nya untuk tidak mengabaikan perintah-Nya tersebut, seperti: diperintahkan makan ketika lapar, minum ketika dahaga,
berteduh ketika terik matahari, menghangatkan badan ketika kedinginan dan lain sebagainya. Semua perintah itu wajib dilaksanakan, barangsiapa yang mengabaikannya, dia akan tertimpa marabahaya, sedangkan dia mampu untuk melakukan hal itu- maka orang seperti
ini pantas mendapatkan hukuman.

3. Amal perbuatan yang Allah subhanahu wata’ala jadikan terjadinya hukum sebab akibat pada kebanyakan dan pada umumnya, kadang-kadang bisa terjadi sesuatu di luar itu, bagi apa saja yang Allah subhanahu wata’ala kehendaki. Misalnya obat-obatan.

Para ulama berbeda pendapat tentang seorang yang tertimpa penyakit, manakah yang lebih utama baginya, apakah dia hanya bertawakal saja kepada Allah subhanahu wata’ala secara totalitas (tanpa berobat), ataukah dia berobat, atau dibiarkan saja. Ada dua
pendapat yang masyur dalam masalah ini, menurut Imam Ahmad rahimahullah: bagi mereka yang mampu untuk bertawakal saja, maka itu adalah lebih utama, berdasarkan sabda Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam,
“Ada 70 ribu orang dari ummatku ini yang akan masuk surga tanpa dihisab. Lalu beliau berkata lagi: mereka adalah orang-orang yang tidak percaya masalah "tathayyur" (kesialan), tidak minta diruqyah, tidak melakukan pengobatan dengan "key" (berobat dengan besi panas yang ditempelkan ke tubuh), dan mereka hanya bertawakal kepada Rabb mereka". (HR. Muttafaqun 'Alaihi)

Sementara pendapat para ulama yang mengatakan: bahwa seseorang yang sakit itu harus berobat, didasarkan kepada perbuatan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam yang senantiasa berobat tatkala sakit. Sedangkan tentang hadits di atas mereka pahami; bahwa ruqyah yang dimaksud dalam hadits "mereka tidak minta diruqyah" adalah ruqyah yang makruh, yaitu ruqyah yang mendekati kesyirikan. Alasannya menurut mereka: bahwa ruqyah yang disebutkan dalam hadits di atas
disebutkan secara bersamaan dengan key dan tathayyur, yang kedua-duanya adalah dimakruhkan (dilarang karena tidak disukai).

Mujahid, Ikrimah, An-Nakha`iy rahimahumullahdan tidak sedikit dari
kalangan ulama salaf bertutur,
“Rukhshah (dispensasi/keringanan) untuk tidak berikhtiar sama sekali hanya diperbolehkan bagi orang-orang yang hatinya benar-benar sudah terputus dari makhluk.”

Ishak Bin Rahawaih rahimahullah ditanya:
“Bolehkah seseorang masuk ke medan pertempuran tanpa bekal?” Beliau menjawab, “Jika orang itu sekaliber Abdullah Bin Jubeir maka
diperbolehkan. Jika tidak maka jangan sekali-kali melakukannya!”

Syaikh Hamd Bin Abdullah Ad-Dausary dalam buku “Ash-Shihhah Wa Al-Maradh” jika seseorang itu meninggalkan pengobatan karena kuatnya keimanan dan tawakalnya kepada Allah subhanahu wata’ala, bahwa Dia adalah Zat yang mendatangkan manfaat dan mudarat dan
Dia berkuasa atas segala sesuatu, maka sikap yang demikian "tidaklah
terlarang". Dia tidak boleh dipaksa untuk berobat.

Abu Bakar As-Shiddiq radhiyallahu ‘anhu, tatkala terkena suatu penyakit, ditanyakan kepadanya,
“Mengapa engkau tidak pergi berobat ke dokter?”

Dia menjawab:
“Dokter (yang beliau maksud adalah Allah) sudah melihat keadaanku”

Para shahabatnya bertanya,
“Apa yang dikatakan oleh Dokter itu kepadamu?”

Ia menjawab,
“Sesungguhnya Aku (Allah) Maha Berbuat apa yang Aku kehendaki.”

Oleh karena itu, wajib bagi kita berwasiat kepada diri kita dan kepada
orang-orang yang sedang sakit agar bertawakal kepada Allah subhanahuwata’ala dan menggantungkan hati kita kepadaNya. Sehingga kita akan mendapatkan kesehatan, keselamatan, dan balasan pahala di dunia dan di akhirat. Amin..
(Isnain Azhar, Lc)

Read More/Selengkapnya...

41 KEISTIMEWAAN WANITA

1. Doa wanita lebih makbul daripada lelaki karena sifat penyayang yang lebih kuat daripada lelaki. Ketika ditanya kepada Rasulullah SAW akan hal tersebut, jawab baginda: "Ibu lebih penyayang daripada bapak dan doa orang yang penyayang tidak akan sia-sia."

2. Wanita yang solehah (baik) itu lebih baik daripada 70 orang lelaki yang soleh.

3. Barang siapa yang menggembirakan anak perempuannya, derajatnya seumpama orang yang sentiasa menangis karena takut akan Allah SWT dan orang yang takut akan Allah SWT maka akan diharamkan api neraka ke atas tubuhnya.

4. Barang siapa yang membawa hadiah (barang makanan dari pasar ke rumah) lalu diberikan kepada keluarganya, maka pahalanya seperti bersedekah. Hendaklah mendahulukan anak perempuan daripada
anak lelaki. Maka barang siapa yang menyukakan anak perempuan seolah-olah dia memerdekakan anak Nabi Ismail AS.

5. Wanita yang tinggal bersama anak-anaknya maka akan tinggal bersama aku (Rasulullah SAW) di dalam syurga.

6. Barang siapa mempunyai tiga anak perempuan atau tiga saudara perempuan atau dua anak perempuan atau dua saudara perempuan, lalu dia bersikap ihsan dalam pergaulan dengan mereka dan mendidik mereka dengan penuh rasa takwa serta bertanggung jawab, maka baginya adalah syurga.

7. Dari Aisyah ra, "Barang siapa yang diuji dengan sesuatu dari anak- anak perempuannya, lalu dia berbuat baik kepada mereka, maka mereka akan menjadi penghalang baginya dari api neraka.

8. Syurga itu di bawah telapak kaki ibu.

9. Apabila memanggil akan engkau dua orang ibu bapakmu, maka jawablah panggilan ibumu dahulu.

10. Wanita yang taat berkhidmat kepada suaminya akan tertutup pintu-pintu neraka dan terbuka pintu-pintu syurga. Masuklah dari mana-mana pintu yang dia kehendaki dengan tidak dihisab.

11. Wanita yang taat akan suaminya, maka semua ikan-ikan di laut, burung di udara, malaikat di langit, matahari dan bulan, semuanya beristighfar baginya selama dia taat kepada suaminya (serta menjaga sembahyang dan puasanya).

12. Aisyah ra berkata, "Aku bertanya
kepada Rasulullah SAW, siapakah yang
lebih besar haknya terhadap wanita?
Jawab baginda, "Suaminya."
"Siapa pula berhak terhadap lelaki?"
Jawab Rasulullah SAW, "Ibunya."

13. Perempuan apabila sembahyang lima
waktu, puasa bulan Ramadhan, memelihara
kehormatannya serta taat akan suaminya,
masuklah dia dari pintu syurga mana
saja yang dia kehendaki.

14. Tiap perempuan yang menolong
suaminya dalam urusan agama, maka Allah
SWT memasukkan dia ke dalam syurga
lebih dahulu daripada suaminya (10000
tahun).

15. Apabila seseorang perempuan
mengandung janin dalam rahimnya, maka
beristighfarlah para malaikat untuknya.
Allah SWT mencatatkan baginya setiap
hari dengan 1000 kebaikan dan
menghapuskan darinya 1000 kejahatan.

16. Apabila seseorang perempuan mulai
sakit hendak bersalin, maka Allah SWT
mencatatkan baginya pahala orang yang
berjihad pada jalan-Nya.

17. Apabila seseorang perempuan
melahirkan anak, keluarlah dia dari
dosa-dosa seperti keadaan ibunya pada
saat melahirkannya.

18. Apabila telah lahir (anak) lalu
disusui, maka bagi ibu itu setiap satu
tegukan dari susunya diberi satu
kebajikan.

19. Apabila semalaman (ibu) tidak tidur
dan memelihara anaknya yang sakit, maka
Allah SWT memberinya pahala seperti
memerdekakan 70 orang hamba dengan
ikhlas untuk membela agama-Nya.

20. Seorang wanita solehah adalah lebih
baik daripada 70 orang wali.

21. Seorang wanita yang jahat adalah
lebih buruk dari pada 1000 lelaki yang
jahat.

22. 2 rakaat shalat dari wanita yang
hamil adalah lebih baik daripada 80
rakaat shalat wanita yang tidak hamil.

23. Wanita yang memberi minum susu
(susu ASI) kepada anaknya maka akan
dapat satu pahala dari pada tiap-tiap
titik susu yang diberikannya.

24. Wanita yang melayani dengan baik
suami yang pulang ke rumah dalam
keadaan letih maka akan mendapat pahala
jihad.

25. Wanita yang melihat suaminya dengan
kasih sayang dan suami yang melihat
isterinya dengan kasih sayang maka akan
dipandang Allah dengan penuh rahmat.

26. Wanita yang mendorong suaminya
keluar dan berjuang ke jalan Allah dan
kemudian menjaga adab rumah tangganya
akan masuk syurga 500 tahun lebih awal
daripada suaminya, akan menjadi ketua
70000 malaikat dan bidadari. Dan wanita
itu akan dimandikan di dalam syurga,
dan menunggu suaminya dengan menunggang
kuda yang dibuat dari yakut.

27. Wanita yang tidak cukup tidur pada
malam hari karena menjaga anak yang
sakit maka akan diampunkan oleh Allah
seluruh dosanya. Dan bila dia menghibur
hati anaknya, Allah akan memberi 12
tahun pahala ibadah.

28. Wanita yang memerah susu binatang
dengan "bismillah" maka akan didoakan
oleh binatang itu dengan doa
keberkahan.

29. Wanita yang menguli tepung gandum
dengan "bismillah" maka Allah akan
berkahkan rezekinya.

30. Wanita yang menyapu lantai dengan
berdzikir maka akan mendapat pahala
seperti meyapu lantai di baitullah.

31. Wanita yang hamil akan dapat pahala
berpuasa pada siang hari.

32. Wanita yang hamil akan dapat pahala
beribadah pada malam hari.

33. Wanita yang bersalin akan mendapat
pahala 70 tahun shalat dan puasa dan
setiap kesakitan pada satu uratnya maka
Allah mengaruniakan satu pahala haji.

34. Sekiranya wanita mati dalam masa 40
hari selepas bersalin, maka dia akan
dianggap sebagai mati syahid.

35. Jika wanita melayani suami tanpa
khianat maka akan mendapat pahala 12
tahun shalat.

36. Jika wanita menyusui anaknya sampai
cukup waktunya (2½ thn), maka malaikat-
malaikat dilangit akan khabarkan berita
bahwa syurga wajib baginya.

37. Jika wanita memberi susu (susu ASI)
kepada anaknya yang menangis, maka
Allah akan memberi pahala satu tahun
shalat dan puasa.

38. Jika wanita memijit suami tanpa
disuruh maka akan mendapat pahala 7
tola emas dan jika wanita memijit suami
bila disuruh maka akan mendapat pahala
7 tola perak.

39. Wanita yang meninggal dunia dengan
keridhaan suaminya maka akan memasuki
syurga.

40. Jika suami mengajarkan isterinya
satu masalah ibadah, maka akan mendapat
pahala 80 tahun ibadah.

41. Semua orang akan dipanggil untuk
melihat wajah Allah di akhirat. Tetapi
Allah akan datang sendiri kepada wanita
yang menutupi auratnya, yaitu memakai
jilbab di dunia ini dengan istiqamah.
Read More/Selengkapnya...