Kamis, 16 Juni 2011

Tidak Boleh Menentang Takdir Allah SWT

Majelis Ke-1 : Tidak Boleh Menentang Takdir Allah SWT

Pada ahad pagi, 3 syawal 545 H. Kanjeng Syaikh Abdul-Qadir Al-Jailani rhm. berceramah sebagai berikut:

Menentang Al-Haq Azza wa Jalla atas takdir yang telah ditentukan-Nya berarti kematian agama, kematian tauhid, bahkan kematian tawakkal dan keikhlasan. Hati seorang mukmin tidak mengenal kata mengapa dan bagaimana, tetapi ia hanya berkata, “Baik.”

Nafsu memang mempunyai waktu untuk suka menentang. Barangsiapa ingin memperbaikinya, ia harus melatihnya hingga aman dari kejahatanya. Semua nafsu itu amat jahat. Bila dilatih dan menjadi jinak, maka ia menjadi sangat baik. Ia akan setia menjalankan seluruh ibadah dan meninggalkan semua kemaksiatan. Maka ketika itu akan dikatakan ke-padanya: ”Hai jiwa yang tenang, kembaliliah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. ( Q.s. Al-Fajr: 27-28).Pada saat itu nafsu telah tenang, hilang kejahatannya, dan tidak berhubungan de-ngan makhluk. Bahkan ia akan bertemu nasabnya dengan ayahnya, Nabi Ibrahim a.s. Jika ia telah keluar dari kungkungan nafsunya, ia berjalan tanpa keinginan dan hatinya menjadi tenang. Meski datang banyak tawaran dari makhluk, ia hanya mengatakan, “Aku tidak memerlukan pertolonganmu.” Pengetahuannya terhadap keadaannya menjadikan dirinya tak perlu meminta. Ketika telah sempurna kepasrahan dan ketawakalannya, maka dikatakan kepada api, ”Wahai api, dinginlah, dan menjadilah keselamatan bagi Ibrahim.” (Q.s. Az-Zumar: 10).

Tidak ada sesuatu yang samar dalam pandangan Allah Swt. Bersabarlah bersama-Nya sesaat saja, sungguh setelah itu akan melihat kelembutan dan kasih sayang-Nya selama bertahun-tahun. Pemberani yang sesungguhnya adalah orang yang mau bersabar sesaat. ”Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar.” (Q.S Al-Baqarah: 153).

Bersabarlah dalam menunggu pertolongan dan kemenangan. Bersabarlah bersama-Nya. Sadarlah kepada-Nya, dan jangan melupakan-Nya. Janganlah engkau sadar setelah mati, karena sadar setelah mati itu tidak berguna bagimu. Sadarlah sebelum mati. Bangunlah sebelum engkau dibangunkan, supaya engkau tidak menyesal pada hari penyesalanmu yang tidak berguna dan perbaikilah hatimu, sesungguhnya jika hatimu baik, maka seluruh keadaanmu akan menjadi baik. Nabi saw. bersabda: ”Dalam diri anak Adam ada segumpal daging. Bila ia baik,akan baiklah seluruh jasadnya dan bila ia buruk, akan buruklah seluruh jasadnya. Ingat ia adalah hati.”

Hati dikatakan baik bila diisi dengan takwa, tawakal, tauhid, dan ikhlas kepada-Nya dalam semua amalan. Bila tidak ada sifat-sifat tersebut, berarti hati dalam keadaan rusak.

Hati ibarat burung dalam sangkar, ibarat biji dalam kelopak, dan ibarat harta dalam gudang.Yakni ia seperti burung bukan sangkar, seperti biji bukan kelopak, dan seperti harta bukan gudangnya. Ya Allah, sibukkan anggota badan kami untuk menaati-Mu dan sibukkan hati kami untuk mengenali-Mu sepanjang hidup kami siang dan malam. Masukkan kami dalam golongan orang-orang shalih terdahulu, berilah kami rezeki dengan sesuatu yang telah Engkau berikan kepada mereka. Engkau untuk kami sebagaimana Engkau untuk mereka. Aamiin.

Engkau untuk Allah Swt. sebagaimana orang-orang shalih untuk-Nya sehingga engkau mendapat sesuatu sebagaimana yang mereka dapatkan. Jika engkau menginginkan Allah Azza wa Jalla bersamamu, maka sibukkanlah dirimu dengan menaati-Nya, sabar bersama-Nya, serta ridha akan perbuatan-Nya terhadapmu. Kaum itu telah zuhud pada dunia dan mengambil bagian mereka daripadanya dengan tangan takwa dan wara’. Kemudian mereka mencari akhirat dan melakukan amal-amal untuknya. Mereka mendurhakai nafsunya dan menaati Tuhannya. Mereka menasihati nafsunya sendiri kemudian baru menasihati orang lain.

Wahai anak muda, nasihatilah dirimu terlebih dahulu, barulah kemudian menasihati orang lain. Engkau harus lebih memperhatikan nasib dirimu. Janganlah engkau menoleh pada orang lain sedangkan dalam dirimu masih ada sesuatu yang harus diperbaiki. Celaka Engkau. Engkau ingin menyelamatkan orang lain sedangkan dirimu sendiri dalam keadaan buta. Bagaimana orang buta dapat menuntun orang lain? Yang bisa menuntun manusia hanyalah orang yang dapat melihat. Yang bisa menolong mereka dari tenggelam di lautan hanyalah orang yang tangkas berenang. Yang dapat menuntun manusia kepada Allah Azza wa Jalla hanyalah orang yang telah memiliki ma’rifat kepada-Nya.

Adapun orang yang tidak mengenal-Nya, bagaimana mungkin ia dapat menunjukkan kepada-Nya? Engkau tidak mempunyai hak untuk berbicara tentang kebebasan perilaku Allah Swt. Engkau harus mencintai-Nya dan beramal untuk-Nya, bukan untuk lainnya. Hanya takut kepada-Nya, bukan kepada yang lain-Nya. Ini merupakan ungkapan hati, bukan hanya di lidah. Ini adalah bisikan nurani, bukan gerakan lahir.

Jika tauhid berada di pintu rumah sedangkan syirik berada di dalam rumah, itu kemunafikan namanya. Celaka engkau, lidahmu takut tetapi hatimu menentang. Lidahmu bersyukur sedangkan hatimu kufur. Allah Swt. berfirman dalam hadis Qudsi: “Wahai anak Adam, kebaikan-Ku turun kepadamu sedang keburukanmu naik kepada-Ku.”

Celaka, engkau mengaku menjadi hamba-Nya, tetapi menaati selain Dia. Jika engkau benar-benar hamba-Nya, engkau tentu akan setia kepada-Nya. Seorang mukmin yang yakin tidak pernah mengikuti nafsu, syaitan, dan keinginannya. Ia tidak mengenal syaitan, apalagi menaatinya. Ia tidak mempedulikan dunia, apalagi tunduk kepadanya. Bahkan ia akan menghinakan dunia dan mencari akhirat.

Jika dia berhasil meninggalkan dunia dan sampai kepada Tuhannya, maka dia akan murni beribadah kepada-Nya sepanjang hayatnya, sebagaimana yang dikehendaki Allah Swt.,“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah kepada Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus.” (Q.s. Al-Bayyinah: 5)

Tinggalkanlah bersekutu dengan makhluk. Tauhidkanlah Al-Haq Azza wa Jalla. Dialah pencipta segala benda. Segala sesuatu ada dalam genggaman-Nya. Wahai pencari sesuatu selain Dia, sesungguhnya engkau tidak berakal. Adakah sesuatu yang tidak terdapat dalam khazanah Allah Swt.? “Dan tidak ada sesuatu pun melainkan pada sisi Kami-lah khazanahnya.” (Q.s. Al-Hijr: 21).

Wahai anak muda, tidurlah di dalam pelukan takdir berbantalkan sabar, berselimut pasrah, sambil beribadah menantikan pertolongan Allah Swt. Jika engkau berbuat demikian, Allah Swt. akan melimpahkan karunia yang tidak engkau duga. Menyerahlah kepada ketentuan Allah Swt., terimalah pesan ini. Kepasrahanku kepada takdir telah membuatku semakin dekat dengan Dzat Yang Maha menentukan. Kemarilah, kita bersimpuh di hadapan Allah Swt., dan bersimpuh kepada takdir dan perbuatan-Nya.

Kita tundukkan zhahir dan batin kita. Kita menerima takdir dan berjalan di atasnya. Kita memuliakan utusan raja karena melihat yang mengutusnya. Jika kita bersikap demikian terhadap-Nya, sikap itu akan mengantarkan kita untuk berkawan kepada-Nya. “Di sana pertolongan itu hanya dari Allah Yang Hak.”(Q.s. Al-Kahfi: 4).

Engkau akan minum dari lautan Ilmu-Nya, memakan dari gugusan karunia-Nya, dan berbahagia dengan sentuhan rahmat-Nya. Sungguh, keadaan ini hanya diberikan kepada satu di antara sejuta orang. Wahai anak muda, engkau harus selalu bertakwa, janganlah mengikuti nafsu dan kawan-kawan yang jahat.





Seorang mukmin tidak boleh lelah dalam memerangi mereka. Janganlah memasukkan pedang ke dalam sarungnya, bahkan jangan turun dari keduanya. Dia tidur seperti para wali, makan ketika telah lapar, yang dibicarakan dan diam telah menjadi perangai mereka. Hanya ketentuan Allah dan perbuatan Allah yang membuat mereka berbicara. Allah Swt. yang menggerakkan lidah mereka untuk berbicara sebagaimana Allah akan menggerakkan anggota badan mereka untuk berbicara kelak pada Hari Kiamat.

Allah Swt. Yang menjadikan sesuatu dapat berbicara sebagaimana menjadikan benda-benda dapat berbicara. Dia menyediakan sebab berbicara sehingga mereka dapat berbicara. Jika Allah Swt. menghendaki itu semua untuk mereka, maka Allah akan menyediakannya. Allah Swt. telah menghendaki agar berita gembira dan peringatan itu sampai kepada manusia. Agar kelak dapat meminta pertanggungjawaban ke atas mereka, maka Allah Swt. telah mengutus para nabi dan rasul a.s. Manakala Allah Swt. telah mengirim para ulama untuk meneruskan kerja tersebut dan membangun umat manusia. Nabi saw. telah bersabda, ”Ulama adalah pewaris para nabi.”

Bersyukurlah kepada Allah Swt. atas segala nikmat-Nya dan pandanglah bahwa kenikmatan itu datang dari-Nya, sebagaimana Dia telah berfirman: ”Dan apa saja nikmat yang ada pada engkau, maka dari Allah-lah (datangnya).” (Q.s. An-Nahl: 53).

Di manakah rasa syukurmu wahai orang-orang yang bergelimang dalam kenikmatan-Nya? Wahai orang yang menganggap kenikmatan itu datang dari selain-Nya. Terkadang engkau menganggap kenikmatan itu datang dari selain-Nya, terkadang engkau meremehkannya, terkadang engkau memandang pada sesuatu yang tidak ada padamu, bahkan terkadang engkau menggunakannya untuk mendurhakai-Nya.

Wahai anak muda, dalam kesunyianmu, engkau memerlukan sifat wara’ untuk mengeluarkan dirimu dari kemaksiatan dan kesalahan. Engkau juga perlu bermuraqabah supaya menyadarkanmu mengenai pandangan-Nya kepadamu. Dalam kesunyianmu, engkau memerlukan hal itu. Kemudian engkau harus memerangi nafsu keinginan dan syaitan. Kebanyakan manusia binasa sebab dosa. Kebanyakan ahli zuhud binasa sebab syahwat, dan kebanyakan wali binasa sebab pikiran mereka pada waktu khalwat. Sedangkan para shiddiqin terkadang binasa karena kelengahan sekejap. Jadi, kesibukan mereka adalah menjaga hatinya. Karena mereka tertidur di pintu raja, mereka bangkit untuk berdakwah menyeru manusia agar mengenal Allah Swt. Tidak henti-hentinya mereka menyeru hati manusia. Mereka berkata, ”Wahai hati, wahai ruh, wahai manusia dan jin, wahai yang menghendaki Allah, kemarilah menuju pintu Allah Swt. Berlarilah kemari dengan langkah-langkah hatimu, dengan langkah-langkah takwa dan tauhidmu. Ma’rifat, wara’, dan zuhud dari sesuatu selain-Nya adalah kesibukan para wali. Cita-cita mereka adalah kebaikan umat. Cita-cita mereka adalah memenuhi langit dan bumi.

Wahai anak muda, tinggalkan nafsu dan keinginanmu. Jadilah bumi di bawah telapak kaki para wali itu dan tanah di depan mereka. Al-Haq Azza wa Jalla telah mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup. Dia mengeluarkan Nabi Ibrahim a.s. dari kedua ibu bapaknya yang mati dalam kekufuran. Orang mukmin itu ibarat hidup sedang orang kafir itu ibarat mati. Orang yang bertauhid itu hidup, sedangkan orang musyrik itu mati. Oleh karena itu Allah Swt. berfirman dalam hadits Qudsi: ”Orang yang pertama kali mati di antara makhluk-Ku adalah Iblis.”

Yakni dia telah mendurhakai Allah Swt. sehingga mati dengan sebab kemaksiatannya. Sekarang adalah zaman akhir, pada zaman ini telah muncul pasar kemunafikan dan kebohongan. Janganlah engkau duduk bersama orang-orang munafik, para pendusta dan pembohong. Celaka engkau; nafsumu pendusta, munafik, dan kufur, bahkan durhaka dan musyrik. Bagaimana engkau duduk dengannya? Tinggalkan ia dan jangan engkau ikuti bisikannya. Penjarakan ia. Berikan haknya saja, jangan lebih dari itu. Tahanlah ia dengan mujahadah. Adapun keinginan, tunggangilah ia agar jangan sampai menunggangimu. Juga watak, jangan temani ia. Ia seperti anak kecil yang belum berakal. Bagaimana mungkin engkau bisa belajar dari anak kecil? Syaitan adalah musuhmu dan musuh ayahmu (Adam as).

Bagaimana mungkin engkau dapat berdampingan dengannya? Engkau tidak akan selamat. Dia telah membunuh ayah dan ibumu. Jika engkau lengah sedikit saja, ia pasti akan membunuhmu. Jadikanlah takwa sebagai senjatamu. Kemudian tauhid, muraqabah, wara’, shidiq, dan memohon pertolongan Allah Swt. sebagai pasukanmu. Pedang dan pasukan itu akan menghancurkan syaitan dan tentaranya. Setelah itu engkau akan menang karena Allah Swt. bersamamu.

Wahai anak muda, satukanlah antara dunia dan akhirat, letakkan mereka di satu tempat, lalu menyendirilah engkau dengan Tuhanmu di tempat hati yang telanjang tanpa dunia maupun akhirat. Janganlah engkau menghadap kepada-Nya kecuali menyepi dari sesuatu selain-Nya. Janganlah engkau terikat oleh makhluk yang menghalangimu dari khaliq. Putuskanlah semua sebab. Tinggalkan tuhan-tuhan lainnya. Selanjutnya, jadikan dunia untuk tubuhmu, akhirat untuk hatimu, dan Al-Haq Azza wa Jalla untuk nuranimu. Wahai anak muda, janganlah engkau bersama nafsu, keinginan, dunia, dan akhirat. Janganlah engkau mengikuti selain Al-Haq Azza wa Jalla. Engkau akan tiba di gudang yang tidak akan pernah habis selamanya. Ketika itu akan datang kepadamu petunjuk Allah Swt. yang tidak ada kesesatan sesudahnya. Bertaubatlah dari dosa-dosamu dan larilah daripadanya kepada Maulamu. Jika engkau bertaubat, hendaklah engkau bertaubat secara lahir dan batin. Taubat adalah kemenangan hati.

Lepaskanlah pakaian maksiat dengan taubat yang murni. Malu kepada Allah Swt. adalah kebenaran hakiki, bukan majazi. Ia termasuk amalan hati setelah mensucikan anggota badan dengan mengamalkan agama. Jika badan punya amal, hati pun punya amal. Jika hati keluar dari kungkungan asbab dan hubungan dengan makhluk, berarti ia telah berlayar meninggalkan asbab dan mencari Al-Musabbab. Ketika hati telah berlayar di lautan ini, maka di sana ia akan mengatakan, ”(Yaitu) Tuhan Yang telah menciptkan aku, maka Dialah Yang menunjuki aku.”

Allah Swt. akan menunjukkan dari satu pantai ke pantai lain, dari satu tempat ke tempat lain sehingga ia akan berdiri di atas keadaan yang lurus. Setiap kali ia mengingat Tuhannya, makin jelaslah penemuannya dan terbukalah rerimbunan yang menghalanginya. Hati pencari Al-Haq Azza wa Jalla akan berjalan cepat dan meninggalkan sesuatu di belakangnya. Jika ia takut pada sebagian jalan dari suatu kebinasaan, maka muncullah keimanannya yang mendorong keberaniannya dan mengusir ketakutannya, bahkan akan datang pula cahaya kedamaian berupa “kedekatan” kepada Allah Swt.

Wahai anak muda, jika datang kepadamu sebuah penyakit, terimalah dengan tangan kesabaran dan tenanglah hingga datang obat. Dan jika datang obat, sambutlah dengan tangan syukur. Jika engkau berbuat demikian, berarti engkau berada dalam kehidupan dunia. Takut kepada api neraka akan mengetuk hati orang-orang mukmin sehingga hati mereka menjadi pucat dan bersedih. Dalam keadaan demikian, Allah Swt. akan menyirami mereka dengan air rahmat dan kelembutan-Nya. Bahkan akan dibukakan untuknya pintu akhirat. Lalu mereka akan melihat tempat mereka yang aman. Jika mereka telah tenang dan damai, akan dibukakan untuk mereka pintu keagungan, sehingga hati dan nurani mereka pasti akan semakin takut dibandingkan sebelumnya. Jika kesempurnaan itu telah ada pada diri mereka, maka akan dibukakan bagi mereka pintu keindahan sehingga tenteramlah mereka, dan mereka akan sadar serta menapaki tangga demi tangga.

Wahai anak muda, janganlah cita-citamu hanya mencari makan dan minum, menikmati pakaian dan istri. Yang menikmati semua itu hanyalah nafsu dan watak. Lalu di manakah hati dan nurani, yang mencari Al-Haq Azza wa Jalla. Cita-citamu hendaklah ditujukan pada hal-hal yang meninggikanmu. Jadikanlah Tuhanmu dan apa yang ada disisi-Nya sebagai cita-citamu. Dunia itu ada gantinya, yaitu akhirat. Dan makhluk juga ada gantinya, yaitu Khaliq Azza wa Jalla. Jika engkau meninggalkan sesuatu dari kehidupan dunia ini, maka akan ada gantinya yang lebih baik di akhirat.

Anggaplah umurmu tinggal sehari saja. Bersiaplah menyambut kedatangan Malaikat maut dan pindah ke akhirat. Dunia ibarat ladang, sedangkan akhirat adalah kampung yang sebenarnya. Jika datang kecemburuan dari Allah Swt. maka akan menghalangi di antara mereka dengan makhluk. Kemudian mereka tidak membutuhkan dunia maupun akhirat. Wahai pendusta, engkau mencintai Allah pada waktu mendapatkan nikmat. Tetapi jika datang musibah, engkau lari seolah-olah engkau tidak menyukainya. Seorang hamba itu terbukti saat ia bebas. Jika datang bencana dari Allah Swt. dan engkau tetap teguh, berarti engkau mencintai Allah Swt. Namun jika engkau berubah, berarti engkau berdusta.

Seorang laki-laki datang kepada Nabi saw. lalu berkata, “Wahai Rasulullah, sungguh aku mencintaimu.” Maka Rasulullah saw. bersabda, “Bersiaplah untuk merahasiakan kefakiran.” Lagi, seorang laki-laki lain datang kepada Nabi saw. lalu berkata, ”Sungguh aku sangat mencintai Allah.” Maka beliau bersabda, ”Bersiaplah untuk merahasiakan bencana.” Sesungguhnya cinta Allah dan Rasul-Nya itu selalu dibarengi kefakiran dan bencana. Oleh karena itu sebagian orang shalih mengatakan, “Kedekatan itu diwakili oleh bala’, supaya tidak semua orang mengaku.” Jika tidak, tentu orang akan dengan mudah mengaku mencintai Allah Swt. Jadi, pakaian bencana dan kefakiran itu tanda dari mahabah tersebut.

“Ya Allah, berikanlah kami kebaikan di dunia dan di akhirat, dan periharalah kami dari siksa neraka.” (Q.s. Al-Baqarah: 201).

Wa min Allah at taufiq hidayah wal inayah, wa bi hurmati Habib wa bi hurmati fatihah!! (T.Fidriansyah)

Sumber  :  http://www.pelita-hati.net

0 komentar:

Posting Komentar