Rabu, 14 April 2010

Kiat Memperoleh Keselamatan

Dalam sebuah hadits Rasululloh saw bersabda ”Ada tiga perkara yang dapat menyelamatkan manusia, yaitu : sikap takut kepada Allah baik dalam keadaan sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan, Berlaku adil baik pada waktu tenang maupun marah, Dan Hidup sederhana baik pada waktu faqir maupun kaya” (Hr. Tabrani)

Menurut hadits diatas, kunci keselamatan manusia terletak pada tiga perkara, yakni

Pertama, Sikap takut kepada Allah dalam keadaan apapun.

Yang dimaksud takut kepada Allah adalah takut akan siksa yang akan ditimpakan kepada siapapun yang melanggar laranganNya. Allah swt selain memiliki sifat jamaliyah yang menunjukkan keindahan, kasih sayang dan ampunanNya, juga memiliki sifat jalaliyah yang menunjukkan keagunganNya dan kemaha perkasaanNya dalam membalas siapapun yang melanggar laranganNya, dalam hal ini Allah swt dilukiskan sebagai “syadidul iqab” sangat berat siksaannya dalam mengadzab orang orang yang melanggar laranganNya.

Manakala seseorang telah memiliki rasa takut kepada Allah, maka dia menjadi orang yang mudah menerima peringatan sehingga dapat merubah pola hidupnya keluar dari yang bathil menuju yang haq. Allah swt berfirman ”Sesungguhnya yang dapat kamu beri peringatan hanya orang-orang yang takut kepada azab Tuhannya (sekalipun) mereka tidak melihatNya ”(Qs. 35 : 18)

Sikap takut kepada Allah, mendorong seseorang untuk melaksanakan segala perintahNya dan menjauhi segala laranganNya baik dalam keadaan sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan, sehingga yang bersangkutan dapat mencapai derajat taqwa. Maka kunci pertama keselamatan manusia hakekatnya adalah taqwa.

Ditegaskan dalam Alqur’an” Dan barang siapa yang taat kepada Allah dan rasul-Nya dan takut kepada Allah dan bertakwa kepada-Nya, Maka mereka adalah orang- orang yang mendapat kemenangan”. (Qs. 24 : 52)

Kedua, Berlaku adil baik pada waktu tenang maupun marah.
Tatanan masyarakat harmonis hanya dapat terwujud dengan baik manakala keadilan ditegakkan di berbagai sektor kehidupan, karena itu banyak sekali teks suci yang memerintahkan kita untuk berlaku adil dalam keadaan apapun dan terhadap siapapun.

Allah swt berfirman dalam Alqur’an ”Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.(Qs.16 : 90)

Dalam sebuah hadits disebutkan diantara tanda-tanda orang yang telah mencapai maqom spiritual tinggi adalah : Mampu tersenyum dan memberi maaf disaat dirinya sedang marah dan disakiti, mampu dermawan disaat dirinya sangat butuh, konsisten menjaga hukum Allah kendati peluang untuk melanggar sangat besar, mampu menyampaikan yang haq meski dihadapan oarng yang paling ditakuti resikonya

Berlaku adil adalah menempatkan sesuatu pada tempatnya secara proporsional. Seorang peminpin dapat disebut adil, manakala dirinya menata rakyatnya diatas landasan kesetaraan, pemerataan dan penegakan hukum tanpa pandang bulu. Keadilan merupakan sesuatu yang vital bagi semua orang, sebab dengan tegaknya keadilan akan terwujud kehidupan yang damai yang bersih dari berbagai bentuk kecemburuan dan kesenjangan sosial.

Sebaliknya, ketidak adilan merupakan faktor utama timbulnya berbagai bentuk keributan kemanusiaan, ia merupakan lumbung yang paling potensial memunculkan kesenjangan dan kecemburuan sosial. Oleh karena itu dalam Qs. 5 : 8 Allah swt menyeru : Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap suatu kaum mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada taqwa. dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.

Ketiga, Hidup sederhana baik pada waktu faqir maupun kaya.

Pola hidup sederhana adalah salah satu karakteristik dari kepribadian Rasululloh saw, dalam sebuah hadits disebutkan dalam sebuab doanya Rasulululloh bermohon ” Ya Allah ..hidupkan aku bila itu lebih baik bagiku, dan matikan aku bila itu lebih baik bagiku, berilah aku rasa takut KepadaMu dalam keadaan apapun, berilah aku kemampuan menyampaikan yang haq baik disaat marah maupun disaat senang, dan berilah aku hidup sederhana baik disaat miskin maupun disaat kaya. (Hr. Al Hakim)

Kesederhanaan diwaktu miskin berarti bahwa meskipun dalam keadaan susah dan kekurangan, seseorang tidak boleh mengeluh dan tetap menahan diri untuk tidak berbuat maksiat atau menjual harga dirinya. Nabi mengajarkan seorang mukmin harus mempertahankan martabat dan kewibawaannya dari menggadaikan harga dirinya walaupun mungkin ia harus mati kelaparan.

Yang dimaksud sederhana di saat kaya adalah kendati dirinya berada dalam posisi yang berkecukupan, hendaknya jangan bersikap mubazir, boros dan sombong, ingatlah bahwa hidup manusia bagaikan roda berputar yang sekali waktu diatas dan sekali waktu dibawah, karena itu manfaatkanlah masa kaya sebelum datang masa miskin, kekayaan itu adalah amanah yang harus disalurkan untuk kepentingan Islam dan kemanusiaan.

Pernah suatu waktu pembesar qurays menawarkan tahta dan harta kepada Rasul, asal beliau mau menghentikan dakwahnya, tetapi beliau menjawab, Demi Allah apapun yang kalian tawarkan kepadaku, Aku tidak akan berhenti beristiqomah dalam pola hidup sederhana sampai titik darahku yang penghabisan.

Bagi Rasul, kesederhanaan yang halal lebih beliau cintai ketimbang kekayaan yang subhat, gubuk reot lebih beliau pilih asal terhormat dari pada bangunan megah hasil menjilat atau hasil sumbangan penguasa atau pengusaha yang setiap saat menghisap darah rakyat.

Zaman memang terus berubah, lain Rasululloh lain pula umatnya. Jika dulu Rasul memilih hidup sederhana , saat ini banyak yang mengaku pengikut Rasul bersedia melakukan apa saja, termasuk mengorbankan harga dirinya hanya untuk berlomba, berebut mengejar hidup mewah .

Biarlah kita hidup sederhana, asal masih punya harga diri. dan rasa malu, bukankah telah banyak diantara kita yang hidup bergelimang harta dan kemewahan, tetapi apalah gunanya semua itu kalau harus menggadaikan harga diri dan kehilangan rasa malu. Sekaya apapun seseorang, setinggi apapun jabatannya, bila ia kehilangan rasa malu dan harga diri, maka tidak akan ada artinya dihadapan manusia, dan lebih lebih dihadapan Allah swt.

Demikianlah tiga kunci yang dapat mengantarkan kita semua pada tangga keselamatan hidup, baik dunia dan lebih-lebih di akherat kelak

0 komentar:

Posting Komentar