Selasa, 13 April 2010

Kiat Mencapai Taqwa (2)

Yang membedakan manusia yang satu dengan lainnya dihadapan Allah bukanlah rupa, etnik, jenis kelamin, kekayaan, kekuasaan atau jabatan, tetapi kadar ketaqwaannya. Allah berfirman ” Sesungguhnya yang paling mulia diantara kalian di hadapan Allah adalah yang paling bertaqwa diantara kalian”.

Secara sederhana taqwa adalah melaksanakan semua perintah Allah dan menjauhi segala laranganNya, baik secara terang terangan maupun secara rahasia. Karena posisinya yang demikian utama dalam Islam, maka para pelakukunya (Muttaqin) akan mendapatkan berbagai balasan yang besar dari Allah baik di dunia lebih lebih diakherat.

Balasan Allah yang langsung diterima oleh manusia taqwa didunia, antara lain :

1. Allah akan memudahkan segala urusannya, memberi jalan keluar atas semua kesulitannya dan memberinya rezeki dengan jalan tidak disangka sangka. (Qs. 65 : 2, 3)
2. Allah akan memberikan furqon (kemampuan instingtif) untuk dapat membedakan yang haq dan yang bathil, dijauhkan dari kesalahan-kesalahan dan diampuni dosa-dosanya. (Qs. 8 : 29)
3. Allah akan membuka barokah dari segenap pintu langit dan bumi (Qs. 7 : 96)
4. Mereka selalu disertai, ditolong dan dicintai Allah sehingga dalam keadaan apapun tidak perlu hawatir dan bersedih hati (Qs. 10 : 62)
5. Diwafatkan dalam keadaan baik (Qs. 16 : 32) .

Sedangkan balasan Allah bagi manusia taqwa di akherat antara lain :

1. Diselamatkan oleh Allah
2. Mendapat pahala yang berlipat ganda (Qs 65 : 5)
3. Tak tersentuh api neraka (Qs 39 : 61)
4. Mendapat posisi paling mulya disisi Allah
5. Sebagai utusan terhormat (Qs 19 : 85)
6. Mendapat balasan sorga. (Qs. 16 : 32, 54 : 54,55)
7. Mendapat salam penghormatan tatkala memasuki sorga (Qs. 39 : 74)

Menurut Imam Qusyairi kata “taqwa” tersusun atas empat huruf, yakni huruf Ta’ ( ﺖ ) yang bermakna Tawadlu , huruf Qof ( ﻖ ) mempunyai arti Qona’ah, huruf wawu ( ﻮ ) berarti wara’, dan huruf Ya’ ( ﻯ ) berarti Yaqin. Dari susunan kata tersebut maka seseorang dapat disebut telah memperoleh derajat taqwa apabila memiliki sifat, Tawadu’, Qona’ah, Wara’ dan Yakin.

Pertama, Tawadlu’

Tawadlu’, merupakan salah satu wujud dari ahlakul karimah, yakni sikap rendah hati, tidak mau menonjolkan diri dan jauh dari arogansi atau kesombongan. Orang tawadlu’ sama dengan falsafah bumi, dirinya rela untuk selalu berposisi dibawah, rela dinjak-injak atau diapakan saja, tetapi dirinya terus istiqomah memberikan manfaat bagi sekalian alam, buktinya kepada bumi mayat manusia dikubur, dari sesuatu yang dihasilkan bumi manusia makan dari minum.

Orang tawadlu’ juga sama dengan falsafah padi dan air laut, semakin berisi dan menguning padi semakin tertunduk, air laut juga begitu, semakin dalam dia semakin tenang. Karena sifatnya yang demikian, maka dalam sebuah hadits disebutkan “barang siapa yang bersikap tawadlu’ derajatnya akan diangkat oleh Allah swt”.

Kedua, Qona’ah

Qona’ah artinya ridlo dengan segala pemberian yang menjadi keputusan Allah, karenanya hidupnya sangat tenang dan damai. Menurut Al Ghazali, orang qona’ah adalah orang yang merasa kaya meskipun tidak kaya, dirinya merasa cukup dengan apa yang telah diberikan Allah kepadanya, ia tidak mau tergiur mati-matian mengejar sesuatu yang tidak bisa dibawa mati, ia menjadi merdeka karena ridlo (menerima apa adanya) segala keputusan Allah.

Dalam beberapa riwayat, Rasululloh bersabda “Bukanlah kekayaan itu lantaran banyak harta, tetapi kekayaan sebenarnya adalah kekayaan jiwa” ( Hr.Tabrani). Qona’ah itu adalah harta yang tak akan hilang dan simpanan yang tak akan lenyap ( Hr.Tabrani)

Ketiga, Wara’.

Wara’ adalah lawan dari sikap sembrono, yakni sikap berhati-hati tidak saja pada hal-hal yang jelas-jelas tidak baik (haram), tetapi juga pada hal-hal yang masih belum jelas (subhad).

Orang yang wara’ sikap selektifnya terhadap sesuatu sangatlah ketat, dia berhati-hati betul dalam berbicara, dalam bertingkah laku, juga dalam memutuskan segala sesuatu yang terkait dengan dirinya. Karena itu peluang selamatnya menjadi lebih besar.

Keempat, Yaqin.

Imam qusyairi menyebutkan, yaqin itu adalah ketetapan ilmu yang tidak berputar putar dan tidak terombang ambing serta tidak berubah rubah dalam hati. Nabi saw bersabda “Yang sangat aku takuti terhadap umatku adalah lemahnya keyakinan mereka”.

Dalam kehidupan ini seseorang harus bersikap optimis kendati perjalanan hidup tidak selamanya manis. Tidak ada satupun yang tidak bisa diraih, tetapi syaratnya jangan ragu, sebab keraguan hanya menunjukkan bahwa tekad kita belum maksimal, tak ada kebaikan dalam keraguan, yaqinlah dengan seyaqin-yaqinnya bahwa Allah kuasa mengabulkan hajat hambanya, dengan keyaqinan yang mustahil akan bisa menjadi kenyataan, tetapi tanpa keyaqinan, kepastian akan menjadi sirna.

Allah itu sesuai prasangka hambanya, bila kita yaqin bahwa Allah akan menolong kita, maka Allah benar-benar akan menolong kita, bila kita yaqin bahwa Allah mengabulkan doa kita, maka Allah benar-benar akan mengabulkan doa kita.

Bila seseorang mengingat Allah, maka Allah akan mengingatnya, bila seseorang mencintai Allah, maka Allah akan mencintainya, bila seseorang memohon perlindungan, maka Allah akan melindunginya, bila seseorang mendekat kepadaNya sejengkal, Allah akan mendekatinya sehasta, bila seseorang mendekat kepadaNya sehasta, Allah akan mendekatinya sedepa, bila seseorang mendekat kepadaNya dengan berjalan, Allah akan mendekatinya dengan berlari.

0 komentar:

Posting Komentar