Selasa, 13 April 2010

Kiat Mencapai Taqwa (1)

Dalam Qs ali Imran ayat 133 –136 disebutkan “….. orang-orang yang bertaqwa, yaitu orang-orang yang menafkahkan hartanya baik dalam keadaan lapang atau sempit, dan orang-orang yang menahan marah dan suka memaafkan kesalahan orang lain, Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. Dan juga orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji dan menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka, … dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu ……., balasan mereka adalah ampunan dari Tuhan mereka dan sorga ……… mereka kekal didalamnya, dan itulah sebaik-baik pahala orang yang beramal”.

Dari ayat diatas jelas sekali bahwa kiat yang perlu dilakukan untuk menjadi muttaqin antara lain adalah :

Pertama, Bersegera menuju ampunan Allah.

Perlu disadari bahwa hidup didunia ini sangatlah singkat, dan setiap saat seiring dengan perjalanan waktu, kontrak kita di dunia inipun terus berkurang, maka manfaatkan waktu yang tersedia dengan sebaiknya baiknya.

Ketika Allah menggunakan kata-kata ” bersegeralah !, Artinya kita disuruh cepat-cepat menuju ampunan Allah agar tidak terlambat, sebab waktu yang tersedia amatlah singkat, jadi kita mesti bersegera sebelum kesempatan itu keburu habis dan berakhir.

Kedua, Menafkahkan harta dalam keadaan lapang atau sempit

Orang yang gemar berinfak dijalan Allah biasanya di sebut dermawan, Dalam sebuah hadits disebutkan “Allah tidak menarik para kekasihnya kecuali atas dasar kedermawanan dan akhlak yang baik” (Hr. Ibnu Hibban). Dalam riwayat lain disebutkan “Sesungguhnya Allah menolakkan bencana kerena kehadiran kaum dermawan, karena merekalah manusia mendapat curahan hujan dan karena merekalah manusia ditolong Allah”.

Dalam pandangan Islam orang yang gemar berinfak untuk agama dan kemanusiaan tidaklah menjadikan yang bersangkutan jatuh miskin, malah sebaliknya Allah akan menggantinya dengan berlipat ganda.

Ditegaskan dalam QS.2 : 265 bahwa “Dan perumpamaan orang-orang yang membelanjakan hartanya karena mencari keridhaan Allah dan untuk keteguhan jiwa mereka, seperti sebuah kebun yang terletak di dataran tinggi yang disiram oleh hujan lebat, Maka kebun itu menghasilkan buahnya dua kali lipat. Jika hujan lebat tidak menyiraminya, maka hujan gerimis (pun memadai). dan Allah Maha melihat apa yang kamu perbuat.

Bahkan Allah menganjurkan orang orang yang berada dalam kesempitan, hendaklah berinfaq agar dibebaskan dari kesempitan yang dideritanya, ditegaskan dalam Qs.65 : 7 “Dan orang orang yang disempitkan rizkinya, hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadaNya. ……. Allah akan memberikan kelapangan setelah kesempitan” .

Ketiga, Menahan marah.

Sifat pemarah, tempramental dan emosional adalah salah satu penyakit hati. Imam Alghazali menegaskan ketika seseorang sedang marah, hati yang bersangkutan akan memanas bagai api yang membara, makin tinggi marahnya makin tinggi pula derajat panasnya hati sehingga sangat berbahaya. Dan dalam kondisi seperti itu syetan juga ikut mengipasinya sehingga panas hati memuncak dan membakar segalanya .

Dalam sebuah hadits disebutkan “Seorang sahabat berkata kepada Nabi saw, Ya Rasululloh, berpesanlah kepada kami, agar kami memperoleh keselamatan, lalu Nabi berpesan “jangan suka marah” sahabat itu bertanya berulang ulang dan nabi tetap berulang ulang menjawab “jangan suka marah” (Hr. Buhari). Dalam riwayat lain Rasul saw bersabda “Orang yang kuat itu bukanlah orang yang kuat bergulat, tetapi sebenarnya orang kuat itu adalah yang mampu menahan amarah” (Hr Muttafaq alaih).

Orang yang mampu menahan marah, berarti mampu mengendalikan hawa nafsu dan mengalahkan syetan, karena itu, ia merupakan salah satu karakter dari orang yang taqwa.

Keempat, Memaafkan kesalahan orang lain

Rsululloh saw bersabda ” Barang siapa memaafkan saat dia mampu membalas maka Allah akan memberinya maaf pada hari kesulitan”. (Hr. Tabrani)

Alangkah indahnya jika budaya memaafkan kita jadikan sebagai pola hidup, memaafkan yang bukan saja karena orang lain bersalah, melainkan menjadi sikap hidup itu sendiri, sebab betapa malunya kita dihadapan Allah kalau sampai kita tidak punya sifat pemaaf sementara Allah sendiri begitu sangat pemurah dan pemaaf.

Kelima, Berbuat baik pada orang lain

Suka berbuat baik, menurut alqur’an merupakan suatu keberuntungan yang besar, sebagaimana ditegaskan dalam Qs. 41 : 35 “Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keuntungan yang besar.

Dalam sebuah hadits disebutkan “Barang siapa berbuat baik pada orang lain, Allah akan berbuat baik kepadanya, siapa yang membantu kesulitan orang lain, Allah akan membantu kesulitannya di hari kiamat dan siapa yang menutup aib orang lain maka Allah akan menutupi aibnya di dunia dan aherat (Hr. Muslim).

Alhasil, bila kita ingin mendapat kecintaan Allah, maka cintailah Allah ! dan tirulah akhlakNya !, bila Allah sumber kebaikan, maka kita harus suka berbuat baik, bila Allah maha penolong, kita juga mesti jadi penolong, bila Allah maha pengasih maka kita juga jangan kikir, demikian seterusnya. Maka berlomba-lombalah dalam kebaikan, sesungguhnya Allah mencintai orang yang berbuat baik.

Keenam, Apabila berbuat salah langsung bertobat kepada Allah dan tidak mengulangi kembali kesalahannya

Orang yang baik itu bukan orang yang tidak pernah bersalah, tetapi yang segera menyadari kesalahannya dan segera bertobat kepadaNya. Dalam hadits nabi ditegaskan ” Seorang masuk sorga bukan karena amalnya, tetapi karena kasih sayang (rahmat) Allah ta’ala.” (Hr. Muslim)

Hadits diatas menunjukkan bahwa kasih sayang Allah jauh lebih besar dari adzabNya, ampunan Allah jauh lebih besar dari murkaNya. Sesungguhnya jika Allah betul-betul menerapkan keadilanNya, rasanya sedikit sekali manusia yang bakal masuk sorga. Ada hadits yang menyatakan “Tidak akan pernah masuk sorga seseorang yang dalam hatinya ada rasa takabbur walau sebesar debu”, realitasnya takabbur kita bukan sebesar debu tapi sebesar gunung, padahal sebesar debu saja diharamkan masuk sorga.

Ada pula hadits yang menyebutkan “Barang siapa memasukkan sesuap makanan haram ke dalam perutnya, maka tidak akan diterima amal kebaikannya selama 40 hari”. Bila sesuap saja akan tertolak amal kebaikannya selama 40 hari, lalu berapa hari jika yang masuk ke perutnya dua milyar suap ? Jika memperhatikan hadits hadits itu, rasanya kita semua akan masuk neraka.

Jika Allah dengan keadilannya membalas kita dengan balasan setimpal atau mempertimbangkan semua amal kita, maka celakalah kita, sebab kalau kita mengandalkan amal baik kita, tentu sangat tidak cukup, Tetapi Rahmat Allah sungguh sangat luas dan tak terkirakan, dinyatakan dalam sebuah hadits qudsi : RahmatKu mendahului murkaKu (Hr. Muslim)

0 komentar:

Posting Komentar